Senin, 15 Mei 2017 - 10:04 WIB
Microsoft mengecam pemerintah
Amerika Serikat (AS) terkait epidemi ransome WannaCry yang menginfeksi sistem
komputer di seluruh dunia. Foto/REUTERS/Kacper Pempel
WASHINGTON - Pemerintah Amerika
Serikat (AS) dalam hal ini National Security Agency (NSA) dikecam
terkait epidemi ransomware WannaCry yang meneror sistem komputer di seluruh
dunia. NSA secara tidak langsung berperan utama dalam penyebaran virus komputer
ini.
Kecaman disampaikan perusahaan raksasa teknologi Microsoft. Pemerintah AS didesak menggunakan dan menyimpan alat perang siber mereka secara bertanggung jawab.
”Kami telah melihat kerentanan (dokumen) yang disimpan oleh CIA muncul di WikiLeaks, dan sekarang kerentanan yang dicuri dari NSA ini telah memengaruhi pelanggan di seluruh dunia,” kata Presiden Microsoft dan Chief Legal Officer Brad Smith dalam sebuah posting blog pada hari Minggu.
Kecaman disampaikan perusahaan raksasa teknologi Microsoft. Pemerintah AS didesak menggunakan dan menyimpan alat perang siber mereka secara bertanggung jawab.
”Kami telah melihat kerentanan (dokumen) yang disimpan oleh CIA muncul di WikiLeaks, dan sekarang kerentanan yang dicuri dari NSA ini telah memengaruhi pelanggan di seluruh dunia,” kata Presiden Microsoft dan Chief Legal Officer Brad Smith dalam sebuah posting blog pada hari Minggu.
“Serangan ini memberikan contoh lain mengapa kerentanan yang ditimbun oleh pemerintah merupakan masalah,”lanjut kecaman Smith.
Teror virus ransome Wannacry ini tak lepas dari bocornya kode eksploitasi NSA pada awal tahun ini oleh kelompok hacker Shadow Brokers. Kelompok peretas ini sebelumnya telah menawarkan senjata siber pemerintah AS dengan imbalan jutaan dolar dalam bentuk Bitcoin.
Microsoft pada 14 Maret lalu telah mengumumkan bahwa perusahaan tersebut diberitahu badan intelijen AS bahwa alat backdoor tertentu mereka telah disusupi.
Namun, sistem operasi
sudah uzur dan tidak didukung dengan pembaruan. Selain itu, jutaan pengguna
produk Microsoft juga tidak memperbarui sistem secara teratur. Akibatnya, malware
WannaCry menginfeksi lebih dari 100.000 komputer di seluruh dunia pada hari Jumat.
Parahnya, hacker penyebar virus komputer ini juga memeras korban untuk membayar senilai ratusan dolar dalam bentuk Bitcoin jika tidak ingin kehilangan file mereka.
“Kesalahan pemerintah AS atas kepemilikan kode eksploitasi (NSA) memungkinkannya bocor ke ranah publik dan menyebabkan kerusakan yang meluas,” tulis Smith. ”Skenario yang setara akan seperti kepemilikan beberapa rudal Tomahwak oleh militer AS yang dicuri.”
“Serangan terbaru ini merupakan hubungan yang benar-benar tidak disengaja namun membingungkan antara dua bentuk ancaman keamanan dunia maya yang paling serius di dunia saat ini, yakni tindakan negara-negara dan tindakan kriminal terorganisir,” lanjut Smith.
Smith mengatakan bahwa serangan terakhir harus berfungsi sebagai seruan bangkit kepada pemerintah dunia untuk segera menetapkan serangkaian strategi guna menghadapi ancaman siber.
”Pemerintah dunia harus memperlakukan serangan ini sebagai seruan bangkit. Mereka perlu mengambil pendekatan yang berbeda dan membuat aturan yang dipatuhi di dunia maya yang sama seperti yang diterapkan untuk senjata di dunia fisik,” tulis Smith.
Meski mengecam pemerintah AS, Microsoft mengaku bertanggung jawab karena gagal mencegah serangan tersebut. Microsoft juga mengaku gagal memberi tahu semua pelanggan untuk menginstal patch tepat waktu.
Parahnya, hacker penyebar virus komputer ini juga memeras korban untuk membayar senilai ratusan dolar dalam bentuk Bitcoin jika tidak ingin kehilangan file mereka.
“Kesalahan pemerintah AS atas kepemilikan kode eksploitasi (NSA) memungkinkannya bocor ke ranah publik dan menyebabkan kerusakan yang meluas,” tulis Smith. ”Skenario yang setara akan seperti kepemilikan beberapa rudal Tomahwak oleh militer AS yang dicuri.”
“Serangan terbaru ini merupakan hubungan yang benar-benar tidak disengaja namun membingungkan antara dua bentuk ancaman keamanan dunia maya yang paling serius di dunia saat ini, yakni tindakan negara-negara dan tindakan kriminal terorganisir,” lanjut Smith.
Smith mengatakan bahwa serangan terakhir harus berfungsi sebagai seruan bangkit kepada pemerintah dunia untuk segera menetapkan serangkaian strategi guna menghadapi ancaman siber.
”Pemerintah dunia harus memperlakukan serangan ini sebagai seruan bangkit. Mereka perlu mengambil pendekatan yang berbeda dan membuat aturan yang dipatuhi di dunia maya yang sama seperti yang diterapkan untuk senjata di dunia fisik,” tulis Smith.
Meski mengecam pemerintah AS, Microsoft mengaku bertanggung jawab karena gagal mencegah serangan tersebut. Microsoft juga mengaku gagal memberi tahu semua pelanggan untuk menginstal patch tepat waktu.
“Kami telah bekerja
sepanjang waktu sejak Jumat untuk membantu semua pelanggan kami yang telah
terkena dampak insiden ini,” imbuh Presiden Microsoft itu, yang dikutip Senin
(15/5/2017).
0 komentar:
Posting Komentar